Ada beberapa amalan sunnah yang bisa dilakukan selama bulan Syaban. Amalan tersebut antara lain puasa sunah, memperbanyak shalat, dan menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat sambil memohon ampun kepada Allah SWT.
Shaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Islam. Syaban berasal dari kata Syaaba yang berarti “berkembang” karena bulan ini berada di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.
Karena berada di antara dua bulan suci, terkadang orang melupakan bulan ini. Hal ini bahkan dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW,
“Inilah bulan yang paling banyak diabaikan orang, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan” (HR. An-Nasa’i)
Hadits ini menyebutkan banyak orang yang mengabaikan Syaban karena jatuh di antara bulan Rajab dimana umat Islam merayakan Isra Mi’raj dan sebelum Ramadhan.
Mengutip buku Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya’ban karya Dra. Udji Asiyah, M.Si menjelaskan, Rasulullah SAW berdakwah tentang Syaban yang merupakan bulan istimewa, karena merupakan bulan di mana manusia meninggikan amalnya kepada Allah SWT atau dengan kata lain bulan di mana ia menaikan berbagai amal untuk kehadiran Allah. SWT.
Penjelasan ini sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Qur’an Al-Ma’arij ayat 4,
Jika Tuhan menghendaki قْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya: Malaikat dan Jibril naik (menghadapi) Tuhan dalam sehari lima puluh ribu tahun.
Rasulullah SAW bersabda:
“Bulan Syaban adalah bulan dimana manusia mulai lalai, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini adalah bulan ditinggikannya berbagai amal kepada Allah Rab para mon. Maka saya suka berpuasa ketika amalku bertambah.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)
Amalan bulan Syaban
Ada banyak amalan yang bisa dilakukan selama bulan Syaban. Di Indonesia, 1 Syaban 1445 H jatuh pada hari Minggu 11 Februari 2024. Sedangkan matahari terbenam pada hari Sabtu 10 Februari 2024 dihitung sebagai malam 1 Syaban 1445 H.
Sebagai umat Islam yang beriman, yuk cari tahu amalan apa saja yang boleh dilakukan di bulan Syaban.
1. Puasa sunnah
Meringkas buku Amalan Ringan dengan Pahala Istimewa Sehubungan dengan Puasa, Sedekah, dan Haji karya Abdillah F. Hasan disebutkan bahwa amalan yang boleh dilakukan pada bulan Syaban adalah puasa sunnah.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Anas Ra, “Puasa manakah yang paling afdal setelah puasa Ramadhan?” Rasulullah menjawab, “Puasa Syaban untuk memuliakan Ramadhan.”
Pada bulan ini Rasulullah SAW lebih banyak melaksanakan puasa sunnah dibandingkan bulan-bulan lainnya (selain Ramadhan).
Mengapa puasa di bulan Sya’ban menjadi perhatian penting? Dari segi fisik, dengan memperbanyak jumlah puasa sunah di bulan Syaban, maka seorang muslim akan lebih siap menghadapi puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Menurut Ibnu Rajab, kedudukan puasa Syaban diantara puasa-puasa lainnya sama dengan shalat sunnah caretib dibandingkan dengan shalat fardhu sebelumnya dan sesudahnya, yaitu untuk menutupi kekurangan pada shalat wajib.
Mengenai keutamaan puasa di bulan Syaban, sebagaimana diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid ra., beliau pernah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, aku belum pernah melihat kamu berpuasa di bulan lain seperti kamu berpuasa di bulan Sya’ban. Syaban.”
Rasulullah menjawab: “Bulan ini (Syaban) adalah bulan yang dilupakan manusia, yaitu bulan antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini adalah bulan di mana amal ibadah manusia menghadap Tuhan semesta alam. agar amalku terangkat, ketika aku sedang berpuasa.’ (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
2. Perbanyak kalimat
Barangsiapa yang membiasakan bulan ini untuk bersaing memperebutkan pahala, maka ia akan memperoleh kemenangan di bulan Ramadhan.
Syaban adalah bulan Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Rajab adalah bulan Allah, Syaban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
Bulan ini juga dianjurkan untuk memperbanyak shalat.
3. Mohon ampun dan perbanyak berdoa
Dalam hadits Utsman bin Abil Ash Rasulullah SAW disebutkan: “Jika malam Nisfu Syaban tiba, malaikat akan berseru: Adakah orang yang meminta ampun dan aku akan memaafkannya? .dan apakah aku akan mengabulkannya, maka tidak ada seorang pun yang meminta, kecuali aku, kecuali orang yang berzina dengan farjinya, atau batinnya?
negara penyembah berhala”.
Dari hadis Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda:
“Allah memandang seluruh hamba-Nya pada malam Nisfu Syaban, lalu Dia memberikan ampunan kepada semuanya kecuali orang-orang musyrik dan orang-orang yang selalu mengundang perselisihan.” (Al-Baihaqi dan An-Nasa’i)
Dari Abi Tsa’labah Al-Khasyani, Rasulullah SAW bersabda: “Ketika malam Nisfu Syaban tiba, maka Allah akan memandang makhluk-Nya, kemudian Dia akan mengampuni orang-orang yang beriman dan membiarkan orang-orang kafir dan membiarkan orang-orang yang dengki dengan kedengkiannya datang. dia dia menangis.
Dari Aisyah beliau berkata: “Suatu malam aku tidak menemukan Rasulullah, lalu aku keluar mencarinya, ternyata beliau sedang mengangkat kepalanya ke arah langit, lalu beliau berkata: “Wahai Aisyah! Apakah kamu takut Allah dan Rasul-Nya menganiaya kamu?” Aisyah menjawab, “Mengapa saya harus mengatakan demikian? Tapi saya pikir Anda akan mendatangi salah satu istri Anda. Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menurunkan malam Nisfu Sya’ban di langit dunia lalu mengampuni manusia sebanyak bulu domba Bani Kalb.” (HR. At-Tirmidzi)
Dalam buku Meraih Keberkahan di Bulan Hijriah karya Siti Zamratus Sa’adah dijelaskan melalui beberapa hadits disebutkan bahwa orang yang doanya tidak terkabul dan terhalang ampunan dan rahmat dari Allah di bulan ini adalah orang musyrik, rakyat. orang yang berkelahi, pembunuh, orang yang memutuskan tali silaturahmi, orang yang menampakkan auratnya, orang yang suka berkelahi, orang yang suka menggambar, orang yang mengutuk orang tuanya, orang yang curang dalam berdagang, orang yang mengada-ada dalam agamanya , orang yang menentang keputusan seorang pemimpin, orang yang dalam hati menaruh kebencian terhadap sesamanya.
Barang siapa yang melakukan perbuatan tersebut tidak akan memperoleh malam Nisfu Sya’ban berupa rahmat dari Allah SWT.
4. Tingkatkan latihan Anda
Menghadapi bulan Ramadhan, para ulama terdahulu dibiasakan untuk beramal shaleh sejak datangnya bulan Syaban, sehingga mereka dilatih untuk menambah amal ibadahnya selama Ramadhan.
Abu Bakar Al-Balkhi rahimahullah berkata: “Perumpamaan bulan Rajab seperti angin, bulan Syaban seperti awan yang menurunkan hujan, dan bulan Ramadhan seperti hujan. jangan menanam di bulan Rajab dan jangan menyiramnya di bulan Syaban, bagaimana kamu bisa menuai panen di bulan Ramadhan.” (Lathaifu-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali)
5. Melunasi hutang puasa
Bulan Syaban merupakan kesempatan untuk melunasi hutang puasa Ramadhan sebelumnya sebelum Ramadhan berikutnya tiba.
Aisyah berkata, “Aku mempunyai hutang puasa Ramadhan, aku tidak dapat mengqadhanya kecuali pada bulan Syaban, karena aku sibuk mengabdi kepada Nabi.” (HR. Al Bukhari-Muslim)
Imam An Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim dan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, menjelaskan, dari hadits ‘Aisyah dapat disimpulkan: Jika ada usia, maka puasa qadha dapat diselesaikan hingga bulan Syaban. Namun jika tidak ada keperluan untuk menunggu, lebih utama disegerakan pada bulan Syawal setelah Ramadhan berakhir.
Bagaimana jika lengah, tanpa alasan, utang puasa belum terbayar, padahal Ramadhan baru telah tiba. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu mengawali Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (seharusnya/biasa) berpuasa pada hari itu. Maka hendaklah dia berpuasa.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, menurut hadits ini, diperbolehkan berpuasa di akhir bulan Syaban (H-1/H-2 Ramadhan) hanya bagi orang yang menunaikan nazarnya, qadha’, yang terbiasa berpuasa Dawud, pada hari Senin atau Kamis. bahwa hal itu biasanya dilakukan.