Ada bacaan khusus yang dibacakan pada saat Idul Adha ketika hendak memulai shalat, ketika mengakhiri shalat, dan ketika hendak membacakan khutbah. Pembacaan salat Idul Adha menjadi penanda karena salat Idul Adha tidak diawali dengan azan atau ikamah.
Sholat Idul Adha merupakan sholat sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Zulhijah. Doa ini istimewa karena merupakan doa hari raya.
Mengutip buku Petunjuk dan Tuntunan Sholat Lengkap karya Abdul Kadir Nuhuyanan menjelaskan, salat Idul Adha dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06:00-06:30 WIB, menjelang Idul Fitri. Tidak ada adzan atau iqamat yang mendahului shalat ini, sehingga bilal memegang peranan yang cukup penting.
Mengenai salat Idul Adha dijelaskan dalam hadits yang tertulis di Kitab Al-Muhadzdzab dan syarah Al-Majmu seperti dikutip NU Online,
شهدت العيد معل العيد معل العيد Layanan Pelanggan dan Layanan Pelanggan
Artinya: “Dalam salat Idul Fitri tidak ada azan dan iqamah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA. “Saya menyaksikan salat Idul Fitri bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman RA. Mereka semua shalat sebelum khutbah tanpa azan dan iqamah.’ (Bilal) Dianjurkan untuk memanggil dengan ‘as-shalāta(u) jāmi’ah’ seperti yang diriwayatkan oleh Az-Zuhri RA yang dipanggil dengan kalimat ini.”
Bacaan Bilal Idul Adha
Merangkum buku Kumpulan Doa, Dzikir dan Sholawat Al-Khoirot karya A. Fatih Syuhud, berikut bacaan bilal saat salat Idul Adha:
1. Membaca Bilal Idul Adha sebelum shalat Idul Fitri
Ketika imam tiba dan siap memulai salat Idul Fitri, Bilal segera mengumandangkan seruan (tarqiyyah):
Jika Tuhan berkehendak
Latin: As-shalāta(u) jāmi’ah.
Artinya: “(Datang) untuk salat Idul Adha berjamaah.”
Bilal kemudian melanjutkan bacaan berikut:
Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan ً
Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan ً
Ridho Allah اللهُ
Latin: Asy-shalaatu sunnatan li’iidil adhaa rak’ataini shalaatan jaami’atan rahmatakumullaah.
Asy-shalaatu sunnatan li’iidil adhaa rak’ataini shalaatan jaami’atan rahmatakumullaah.
Asy-shalaatu sunnatan li’iidil adhaa laa ilaaha illallaah.
Artinya : “(Mari kita) salat sunah Idul Adha dua rakaat berjamaah. jamaah. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian semua.
2. Bacaan Bilal Idul Adha setelah shalat Idul Fitri
Setelah menyelesaikan shalat Idul Adha dengan salam, Bilal boleh melanjutkan membaca berikut ini:
مَensiué elevasi ُ adhesi الْ equ
Latin : Ma’aasyiral muslimina wa zumratal mu’miniina uterusakumullaah, i’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumu ‘iidil adha wa yaumus suruuri wa yaumul maghfuuri, ahalallahu lakum fiihith tha’aama wa harrama ‘alaikumush shiyamatii’, idilal shiyama’i’al, shiyama’i, anshituu atsaabakumullaahu, wasma’uu ajaarakumullaahu, wa athii’u rahmatakumullaah.
Artinya: “Wahai seluruh kaum muslimin dan mukmin, semoga Allah merahmati kalian. Ketahuilah bahwa hari ini adalah Idul Adha, hari bahagia dan hari ampunan. Allah menghalalkan bagi kalian makan pada hari itu dan Allah menghalalkan telah mengharamkan kamu berpuasa pada hari itu, ketika khatib naik mimbar, dengarkan dan taatilah, semoga Allah merahmatimu.
3. Bacaan Bilal Idul Adha sebelum Khutbah Hari Raya
Idul Adha juga dilengkapi dengan khutbah. Sebelum khutbah dimulai, Bilal akan memberikan isyarat berupa seruan. Berikut penanda khotbahnya:
Ke atas. الللَّهُ equ بِالْخَيَا , ب rit ْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَت
Latin: Allahumma Shalli ‘ala sayyidina Muhammad, Allahumma Shalli ‘ala Sayidina wa Maulaana Muhammad, Allahumma Shalli wa Sallim ‘ala Sayyidina wa Maulana Muhammad wa ‘ala Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma ampuh Islam wal imaana minal muslimiin wal muslimaat wal mu’miniina wal mu’minaat al ahyaa-i minhum wal amwaat, wanshurhum ‘ala mu’aaniddiin, rabikhtim lanaa minka bil khair, wa ya khairan naashiriina biraharramatika yaa arhamarramatika.
Artinya: “Ya Allah kuatkan Islam dan keimanan orang-orang muslim (laki-laki) dan muslim (perempuan), orang-orang mukmin (laki-laki) dan mukmin (perempuan), semua yang masih hidup dan juga yang sudah meninggal, dimudahkanlah urusannya.” agar mereka menguatkan agama, akhiri (hidup) kami dari-Mu dengan kebaikan ya Allah sebaik-baik penolong, dengan rahmat-Mu ya Allah Yang Maha Penyayang dari segala Yang Maha Penyayang.”
Amalan Sunnah Sholat Idul Adha
Idul Adha adalah saat yang mulia bagi umat Islam. Untuk meraup pahala dan meraup banyak manfaat, ada berbagai amalan yang bisa dilakukan saat Idul Adha.
1. Mandi
Mandi sebelum menunaikan salat Idul Adha merupakan salah satu amalan sunnah. Waktu mandi dimulai pada pagi hari menjelang subuh, atau setelah shalat subuh pada tanggal 10 Zulhijah.
Konon Sayyidina ‘Ali bin Abu Thalib dan Abdullah bin Umar membiasakan mandi sebelum menunaikan salat Idul Fitri. Sebenarnya sunnah mandinya sama dengan mandi sebelum salat Jumat.
2. Perbanyak Takbir
Takbir dapat dilantunkan ketika bersiap berangkat ke masjid atau lapangan. Dianjurkan pula untuk melantunkan lantunan takbir sebelum memulai shalat dan setelah shalat selesai.
Takbir Idul Adha dimulai setelah selesai salat Subuh pada pagi hari Arafah (9 Zulhijah) hingga berakhirnya hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijah).
3. Kenakan pakaian terbaik
Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, Ali bin Abi Thalib RA berkata: “Rasulullah menyuruh kita memakai pakaian terbaik dan parfum terbaik yang dimiliki selama dua hari raya.” (HR Al-Hakim)
4. Makan setelah salat Idul Adha
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah Ibnu al-Husayb) yang berkata: “Pada hari Idul Fitri, Rasulullah tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Fitri, Rasulullah tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Fitri, Rasulullah tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Fitri, Rasulullah tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Fitri, Rasulullah tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Fitri. Adha dia tidak makan sampai dia shalat terlebih dahulu.” (HR at-Tirmidzi)
5. Ambil jalan yang berbeda
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk melintasi jalan yang berbeda ketika hendak berangkat dan pulang salat Idul Adha. Hal ini dijelaskan dalam hadis,
“Ketika Nabi SAW salat Id, beliau menempuh jalan yang berbeda ketika keluar dan kembali.” (HR Al Bukhari)