Tn. Rofiq selaku Kepala Dusun Krajan I mengatakan, kegiatan salat ini sudah ada sejak lama dan menjadi kegiatan keagamaan rutin. Selain itu, shalawat bersama juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antar warga sekitar. Yang tak kalah menariknya, sholawat ini tidak hanya menggunakan bahasa Arab, namun juga melantunkan sholawat dengan menggunakan bahasa daerah setempat yaitu bahasa Madura.
Rutinitas shalawat ini dirintis oleh Kyai Ageng Lanceng yang terkenal dengan kesaktiannya. Hal itu dilakukannya sebagai salah satu cara menyebarkan agama Islam yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konon Kyai Ageng Lanceng bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menginjakkan kaki. Oleh karena itu, masyarakat setempat meyakini Kyai Ageng Lanceng memiliki karomah seperti waliyullah lainnya. Menurut keterangan Pak Rofiq, Kyai Ageng Lanceng tidak mempunyai keluarga sehingga tidak mempunyai anak.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Kamis, Jumat malam di Astah Kyai Agung Lanceng. Astah sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti pesarean atau tempat peristirahatan terakhir. Sebelum meninggal, Asta ini juga merupakan tempat tinggalnya semasa hidupnya. Kegiatan ini diawali dengan pembacaan surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Tahlil singkat dan diakhiri dengan doa. Berakhirnya salat, saatnya para penabuh gamelan unjuk kebolehan memukul bilah dengan hati-hati sambil melantunkan doa yang berkumandang. Gamelan sendiri dimainkan oleh sekelompok orang yang telah berpengalaman memainkan kesenian tersebut. Mereka terlibat mulai dari kalangan muda hingga orang tua.
Pada kegiatan tersebut antusias warga Dusun Krajan I cukup antusias. Hal ini ditunjukkan dengan partisipasi para tetangga yang mengikuti perayaan dan pembacaan doa dengan penuh semangat. Bagi masyarakat yang sudah mengetahui kesakralan Kyai Ageng Lanceng yang terkenal, tak heran jika yang menghadiri rutinitas ini tidak hanya warga Dusun Krajan I saja namun juga dari luar Desa Grujugan Kidul.