Gus Iqdam menyampaikan sebuah pesan mendalam tentang cinta kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat berakhir dengan kebohongan. Menurutnya, cinta yang benar-benar tulus kepada Rasulullah harus murni, tanpa ada unsur kebohongan atau kepalsuan. Cinta kepada Nabi Muhammad SAW bukanlah sekadar ungkapan lisan atau perasaan hati, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan tindakan nyata.
Pernyataan Gus Iqdam ini menegaskan bahwa cinta sejati kepada Nabi Muhammad SAW harus mengarahkan seseorang pada kebenaran, ketulusan, dan ketaatan penuh kepada ajaran Rasulullah. Sebagaimana disampaikan dalam firman Allah dalam QS an-Nisa [4]:80, barang siapa yang menaati Rasulullah, maka sesungguhnya ia telah menaati Allah. Ayat ini menegaskan bahwa mencintai dan menaati Nabi Muhammad SAW adalah bagian yang tak terpisahkan dari ketaatan kepada Allah SWT.
Mencintai Nabi adalah Mencintai Allah
Allah SWT juga menegaskan dalam QS Ali-Imran [3]:31 bahwa jika seseorang benar-benar mencintai Allah, ia harus mengikuti Nabi Muhammad SAW. Firman Allah ini menegaskan bahwa cinta kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari mengikuti ajaran Rasul-Nya. Jika seseorang mengaku mencintai Allah, maka bentuk cinta tersebut harus tercermin dari bagaimana ia menjalankan sunnah Nabi dan mengikuti ajaran-ajaran yang dibawanya.
Artinya, mencintai Nabi Muhammad SAW adalah jalan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Allah berjanji akan mencintai orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan bahkan mengampuni dosa-dosa mereka. Dalam konteks ini, cinta kepada Nabi bukanlah hanya soal perasaan, melainkan bukti nyata melalui perilaku, ketaatan, dan kesetiaan pada ajaran Islam.
Nabi Sebagai Prioritas Utama
Selain itu, Allah SWT menegaskan dalam QS al-Ahzab [33]:6 bahwa Nabi lebih utama bagi orang-orang beriman daripada diri mereka sendiri. Ayat ini memperlihatkan betapa pentingnya posisi Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan seorang mukmin. Seorang mukmin sejati harus menempatkan Nabi sebagai figur yang lebih penting daripada diri mereka sendiri, keluarga, atau orang-orang yang mereka cintai di dunia.
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari memperkuat hal ini, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan beriman salah seorang di antara kalian hingga aku dicintainya lebih dari orang tuanya, anak-anaknya, dan seluruh manusia.” Cinta kepada Rasulullah menjadi salah satu syarat kesempurnaan iman. Ketika seseorang benar-benar mencintai Nabi Muhammad SAW lebih dari apapun, maka ia telah mencapai tingkat keimanan yang mendalam.
Cinta yang Menghasilkan Ketaatan
Gus Iqdam menegaskan bahwa cinta kepada Nabi Muhammad SAW bukan sekadar ungkapan lisan, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan. Ini berarti bahwa cinta kepada Nabi harus tercermin dalam upaya mengikuti semua ajarannya, meneladani perilakunya, serta menjalankan perintah-perintahnya. Ketika cinta tersebut disertai dengan ketaatan, maka cinta itu menjadi cinta yang murni dan tak terbantahkan.
Dalam HR Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “المرء مع من احب” yang berarti “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.” Hadis ini memberikan kabar gembira bagi setiap mukmin. Meskipun ibadah mereka belum sempurna, jika mereka benar-benar mencintai Nabi, maka mereka akan bersama dengan beliau di akhirat. Ini adalah harapan besar bagi orang-orang yang mencintai Rasulullah dengan tulus, karena meskipun amal ibadah mereka mungkin belum sempurna, kecintaan yang tulus itu dapat membawa mereka dekat dengan Rasulullah di akhirat.
Cinta yang Membawa Kedekatan dengan Allah dan Rasul-Nya
Cinta kepada Nabi Muhammad SAW adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kecintaan ini tidak hanya terbatas pada aspek spiritual, tetapi juga harus terwujud dalam tindakan nyata sehari-hari. Seorang mukmin yang benar-benar mencintai Nabi akan berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti ajaran-ajaran beliau dalam setiap aspek kehidupannya. Mereka akan meneladani akhlak Nabi yang mulia, menjalankan sunnah-sunnahnya, serta menghindari segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Ketika seseorang mencintai Nabi Muhammad SAW dengan sungguh-sungguh, cinta tersebut akan membimbingnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat, dan lebih berakhlak. Inilah esensi dari cinta kepada Rasulullah SAW yang dijelaskan oleh Gus Iqdam. Cinta tersebut tidak hanya sekadar perasaan yang meluap-luap, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk perilaku yang mencerminkan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi.
Kesimpulan
Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan oleh Gus Iqdam, adalah cinta yang tidak berujung pada kebohongan. Cinta ini harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Allah SWT memerintahkan kita untuk mencintai Rasulullah lebih dari segala sesuatu yang ada di dunia, termasuk diri kita sendiri. Nabi Muhammad SAW harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan setiap mukmin, karena melalui kecintaan dan ketaatan kepada Nabi, kita dapat meraih keridhaan Allah.
Hadis-hadis Nabi yang menyebutkan bahwa seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya juga menjadi kabar gembira bagi para pecinta Rasulullah. Meski ibadah belum sempurna, cinta yang tulus kepada Nabi dapat mendekatkan kita kepada beliau di akhirat.
Pada akhirnya, cinta kepada Nabi Muhammad SAW harus terus diperkuat dengan ketaatan, amal shaleh, dan meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Cinta inilah yang akan membawa kita menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta mendekatkan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.