Kapan 1 Syaban 2024? Ini Jadwal, Keutamaan, dan Amalan yang Dianjurkan

  • June 27, 2024

Perayaan Isra Miraj menandakan penghujung bulan Rajab telah tiba. Sebagaimana diketahui, perayaan tersebut dirayakan pada tanggal 27 Rajab 1445 Hijriah yang bertepatan pada 8 Februari 2023 lalu.

Setelah bulan Rajab berakhir, umat Muslim di seluruh dunia akan menyambut bulan Syaban. Bulan ini juga menandakan bahwa bulan Ramadan sudah dekat.

Lantas, kapan tepatnya 1 Syaban 2024 tiba? Berikut penjelasannya.

Kapan 1 Syaban 2024?

Berdasarkan Kalender Hijriah terbitan Kemenag 2024, 1 Syaban di tahun 1445 Hijriah ini akan jatuh pada Minggu, 11 Februari 2024. Sehingga, 1 Syaban akan terhitung sejak Sabtu, 10 Februari 2024 setelah waktu Maghrib. Bulan ini akan berlangsung selama 30 hari hingga 11 Maret 2024 sebelum memasuki bulan Ramadan.

Pada bulan ini, terdapat peristiwa-peristiwa bersejarah yang berkontribusi pada perkembangan Islam. Sehingga, bulan Syaban ini memiliki keistimewaan-keistimewaan yang tak kalah mulia dengan bulan lainnya dalam kalender Hijriah.

Keistimewaan Bulan Syaban

Dari laman resmi Nahdlatul Ulama, berikut ini keistimewaan bulan Syaban yakni:

1. Turunnya Perintah Shalawat

Pada bulan Syaban, Allah SWT menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang tercantum dalam Surat al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Mayoritas ulama, khususnya dari kalangan mufassir, sepakat bahwa ayat ini turun di bulan Syaban. Secara bahasa, shalawat berakar dari kata shalât yang berarti doa. Dalam ayat tersebut ada tiga shalawat: shalawat yang disampaikan Allah, shalawat yang disampaikan malaikat, dan (perintah) shalawat yang disampaikan umat Rasulullah SAW.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya-mengutip pernyataan Imam Bukhari-menjelaskan bahwa “Allah bershalawat” bermakna Dia memuji Nabi, “Malaikat bershalawat” berarti mereka sedang berdoa, sementara “manusia bershalawat” selaras dengan pengertian mengharap berkah. Ayat tersebut menjadi bukti kedudukan Rasulullah SAW yang tinggi.

Kemuliaan dan rahmat dilimpahkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Malaikat-malaikat suci terlibat dalam merapalkan doa-doa, dan seluruh kaum beriman pun diperintah untuk mengucapkan shalawat kepadanya.

Wajar saja bila Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak shalawat di bulan Syaban. Disamping juga menganjurkan untuk bergegas membersihkan diri atau bertobat dari kesalahan-kesalahan yang sudah lewat guna menyambut Ramadan dengan hati yang bersih.

2. Diwajibkannya Puasa Ramadhan

Bulan Syaban merupakan saat diturunkannya kewajiban berpuasa bagi umat Islam. Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam al-Majmû’ Syarah Muhadzdzab menjelaskan bahwa Rasululah SAW menunaikan puasa Ramadan selama sembilan tahun selama hidup. Dimulai dari tahun kedua Hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun pada bulan Syaban.

Bulan Ramadan yang akan berlangsung setelah bulan Syaban usai, merupakan bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Artinya, Syaban merekam sejarah penting “diresmikannya” kemuliaan Ramadan dengan difardhukannya puasa bagi kaum mukminin selama sebulan penuh. Bulan Syaban menjadi tonggak menyambut bulan suci sebagai anugerah besar dari Allah yang melipatgandakan pahala segala amal kebaikan di bulan Ramadhan.

3. Ditetapkannya Ka’bah sebagai Kiblat Umat Islam

Bulan Syaban juga menjadi sejarah dimulainya Ka’bah menjadi kiblat umat Islam yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha. Peristiwa peralihan kiblat ini ditandai dengan turunnya ayat 144 dalam Surat al-Baqarah:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

Artinya: “Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”

Saat menafsirkan ayat ini, Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkâmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Syaban yang bertepatan dengan malam Nisfu Syaban.

Kiblat ini menjadi simbol tauhid karena seluruh umat Islam menghadap pada satu tujuan. Beralihnya kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram juga menegaskan bahwa Allah tak terikat dengan waktu dan tempat. Hal ini ditunjukkan dengan sejarah perubahan ketetapan kiblat yang tidak mutlak dalam satu arah saja. Hal ini menandakan umat Islam tidak sedang menyembah Ka’bah ataupun Masjidil Aqsha melainkan Allah SWT.

Amalan-amalan yang Dianjurkan di Bulan Syaban

Karena kemuliaannya ini, umat Islam dianjurkan melaksanakan sejumlah amalan di bulan Syaban. Di antaranya;

1. Menjalankan Amalan Khusus Malam Nisfu Syaban

Apabila 1 Syaban akan terhitung sejak Minggu 10 Februari 2024 usai ibadah shalat Maghrib, berdasarkan rilis yang dikeluarkan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), malam Nisfu Syaban atau malam ke 15 bulan Syaban 1444 H jatuh pada hari Rabu, 8 Maret 2023.

Berikut ini amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan pada malam tersebut, antara lain:

  • Membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali
    Membaca surat Yasin di malam nisfu Syaban dapat membawa keberkahan bagi pembacanya. Bacaan yang pertama diniatkan untuk memohon dipanjangkan umurnya dalam kondisi taat dan patuh kepada Allah SWT. Bacaan kedua, diniatkan untuk menolak bala seumur hidup. Bacaan ketiga, diniatkan untuk meminta kecukupan selama hidup di dunia.
  • Memperbanyak membaca doa
    Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak doa di malam nisfu Syaban. Hal ini dilakukan karena pada malam Nisfu Syaban, Allah SWT turun ke bumi untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Bakar ash-Shidiq dari Rasulullah SAW berikut:ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء

    Artinya: “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

  • Memperbanyak istighfar
    Sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa Allah SWT akan turun ke bumi di malam Nisfu Syaban untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang meminta ampunan kepada-Nya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk memperbanyak membaca istighfar.
  • Memperbanyak syahadat
    Sayid Muhammad bin Alawi mengatakan bahwa seyogyanya di waktu-waktu yang penuh keberkahan dianjurkan untuk diisi dengan kalimat-kalimat mulia seperti memperbanyak membaca syahadat. Ia mengatakan:وينبغي للمسلم أن يغتنم الأوقات المباركة والأزمنة الفاضلة، وخصوصا شهر شعبان وليلة النصف منه، بالاستكثار فيها من الاشتغال بكلمة الشهادة “لا إله إلا الله محمد رسول الله

    Artinya: “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”

  • Membaca doa Syekh Abdul Qadir al-Jailani
    detikers dapat menutup rangkaian amalan di malam Nisfu Syaban dengan doa yang dipanjatkan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani berikut:اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ وَمَوَالِيْ النِّعْمَةِ، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ. وَلَا تَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ وَلَا عَلَى غَفْلَةٍ، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ أَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنِّيْ، فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِيْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ، اللهم اغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَنْفَعُكَ، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ، اَلْبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ، فَأَعْطِنِي السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ وَالصِّحَّةَ وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَاةَ، وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ، وَعَلَى أَوْلِيَائِيْ فِيْكَ، وَأَعْطِنِي الْيُسْرَ، وَلَا تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ، وَأَعِمَّ بِذَلِكَ أَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَإِخْوَانِيْ فِيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

    Artinya: “Ya Allah limpahkan rahmat ta’dhim-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, lampu-lampu hikmah, tuan-tuan nikmat, sumber-sumber penjagaan. Jagalah aku dari segala keburukan lantaran mereka, janganlah engkau hukum aku atas kelengahan dan kelalaian, janganlah engkau jadikan akhir urusanku suatu kerugian dan penyesalan, ridhailah aku, sesungguhnya ampunanMu untuk orang-orang zhalim dan aku termasuk dari mereka, ya Allah ampunilah bagiku dosa yang tidak merugikanMu, berilah aku anugerah yang tidak memberi manfaat kepadaMu, sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu indah, berilah aku kelapangan, ketenangan, keamanan, kesehatan, syukur, perlindungan (dari segala penyakit) dan ketakwaan. Tuangkanlah kesabaran dan kejujuran kepadaku, kepada kekasih-kekasihku karena-Mu, berilah aku kemudahan dan janganlah jadikan bersamanya kesulitan, liputilah dengan karunia-karunia tersebut kepada keluargaku, anaku, saudar-saudaraku karena-Mu dan para orang tua yang melahirkanku dari kaum muslimin muslimat, serta kaum mukiminin dan mukminat.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 249)

2. Memperbanyak Puasa

Dilansir dari muslim.or.id, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memperbanyak puasa pada bulan Syaban tidak seperti beliau berpuasa pada bulan-bulan yang lain.

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ, فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya dia berkata, “Dulu Rasulullah SAW berpuasa sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban.” (HR Al-Bukhari no. 1969 dan Muslim 1156/2721)

Begitu pula istri beliau Ummu Salamah RA mengatakan:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلاَّ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ.

Artinya: “Saya tidak pernah mendapatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR An-Nasai No. 2175 dan At-Tirmidzi No. 736. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai)

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sendiri hampir berpuasa Syaban pada keseluruhan bulan. Para ulama menyebutkan bahwa puasa di bulan Syaban meskipun hanya puasa sunnah, tetapi memiliki peran penting untuk menutupi kekurangan puasa wajib di bulan Ramadan. Misalnya saja shalat fardhu, shalat fardhu memiliki shalat sunnah rawatib, yaitu: qabliyah dan ba’diyah. Shalat-shalat tersebut bisa menutupi kekurangan shalat fardhu yang dikerjakan.

Sama halnya dengan puasa Ramadan, dia memiliki puasa sunnah di bulan Syaban dan puasa sunnah enam hari di bulan Syawwal. Orang yang memulai puasa di bulan Syaban Insya Allah tidak terlalu kesusahan menghadapi bulan Ramadan.

3. Membaca Al-Quran

Dari sumber yang sama, membaca Al-Quran dapat mulai diperbanyak dari awal bulan Syaban. Sehingga dalam menghadapi bulan Ramadan, seorang muslim akan bisa menambah lebih banyak lagi bacaan Al-Quran-nya. Salamah bin Kuhail rahimahullah berkata:

كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ

Artinya: “Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al-Qur’an).” Begitu pula yang dilakukan oleh ‘Amr bin Qais rahimahullah apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau menutup tokonya dan mengosongkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 138)

4. Mengerjakan Amalan-amalan Shalih

Seluruh amalan shalih disunnahkan dikerjakan di setiap waktu. Untuk menghadapi bulan Ramadan, para ulama terdahulu membiasakan amalan-amalan shalih semenjak datangnya bulan Syaban. Sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika di bulan Ramadhan.

Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:

شَهْرُ رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سُقْيِ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ.

Artinya: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.” Dan dia juga mengatakan:

مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ.

Artinya: “Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 130)

5. Menjauhi Perbuatan Syirik dan Permusuhan di Antara Kaum Muslimin

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Allah SWT akan mengampuni orang-orang yang tidak berbuat syirik dan orang-orang yang tidak memiliki permusuhan dengan saudara seagamanya. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ.

Artinya: “Sesungguhnya Allah muncul di malam pertengahan bulan Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan musyahin.” (HR Ibnu Majah no. 1390. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah)

Musyahin adalah orang yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Rasulullah SAW juga secara khusus mengatakan tentang orang yang memiliki permusuhan dengan saudara seagamanya, yang bunyinya:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا.

Artinya: “Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis dan akan diampuni seluruh hamba kecuali orang yang berbuat syirik kepada Allah, dikecualikan lagi orang yang memiliki permusuhan antara dia dengan saudaranya. Kemudian dikatakan, ‘Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai'” (HR Muslim No. 2565/6544)

Oleh karenanya, sudah selayaknya kita menjauhi segala bentuk kesyirikan baik yang kecil maupun yang besar. Begitu juga kita menjauhi segala bentuk permusuhan dengan teman-teman muslim.

Nah, itulah penjelasan tentang kapan tepatnya 1 Syaban 2024 tiba. Semoga bermanfaat ya,