Sosok Abah Guru Sekumpul, ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan
Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari atau akrab disapa Abah Sekumpul merupakan seorang ulama kharismatik asal Kalimantan. Beliau mengajar dan berdakwah di kawasan Sekumpul, Martapura.
Mengutip Wikipedia, Abah Guru Sekumpul lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di Desa Keraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar.
Ia lahir dari pasangan suami istri Syekh Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masilah Binti H. Mulia bin Muhyiddin.
Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan kedelapan dari ulama besar Tanah Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Semasa kecil, ia hidup di bawah disiplin ketat dari orang tuanya dan dididik tauhid dan moralitas dalam membaca Al-Qur’an.
Bimbingan ayahnya dan bimbingan intensif pamannya sejak kecil benar-benar berakar pada Abah Guru Sekumpul. Sejak usia dini ia telah menunjukkan sifat-sifat mulia yaitu sabar, puas hati, murah hati, dan penuh kasih sayang kepada semua orang.
Mengutip Goodnewsfromindonesia.id, Abah Guru Sekumpul memulai dakwahnya sejak masih muda di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.
Ia juga membuka mushola di Istana Martapura untuk menunjang pembelajaran siswa, khususnya pelajaran nahwu saraf.
Seiring berjalannya waktu, pengajian yang dipimpin oleh Abah Guru Sekumpul mulai menyebar ke masyarakat umum. Hal ini menjadikan ragam kitab yang dipelajari semakin beragam, seperti Fiqih, Tasawuf, Tafsir dan Hadits.
Karena jumlahnya yang banyak, pada tahun 1990 Abah Guru Sekumpul memutuskan untuk pindah ke kompleks Ar-Raudhah yang terletak di desa Martapura, Jawa.
Di tempat ini aktivitas dakwahnya lebih berkembang. Selain itu, Musala Ar-Raudah tempat beliau mengajarkan ilmu agama mampu menampung ribuan jamaah.
Sejak itu, murid-muridnya dan tamu-tamunya berdatangan dari berbagai daerah. Bahkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam pun turut hadir menghadiri pengajian tersebut.
Selain berdakwah langsung, ia juga membagikan ilmunya dalam bentuk buku. Beliau menulis beberapa kitab yang masih dipelajari hingga saat ini, seperti Risalah Mubarakah, Ar-Risalatu Nuraniyah fi Syarhid Tawassulatis Sammaniyah dan lain-lain.
Abah Guru Sekumpul meninggal dunia pada 10 Agustus 2005. Beliau meninggal dunia pada usia 63 tahun setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Mendengar ulama besar itu meninggal, ratusan ribu masyarakat dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan datang ke Sekumpul, Martapura, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum.
Pasar Martapura yang ramai di hari biasa, hari itu sepi karena kiosnya tutup. Suasana serupa juga terlihat di berbagai kantor dinas, termasuk di kantor bupati. Sebagian besar karyawan berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.